Kamis, 24 Juni 2010

Efektivitas Peyerapan Zat Warna Tekstil Diazo Remazol (Red, Blue, Yellow, Green) Menggunakan Teknologi Membran Dari Nata de Coco-Etilendiamin

JUDUL

Efektivitas Peyerapan Zat Warna Tekstil Diazo Remazol (Red, Blue, Yellow, Green) Menggunakan Teknologi Membran Dari Nata de Coco-Etilendiamin




Disusun Oleh:

Ni Wayan Listiawati NIM. 0613031032/2006

Dewa Gede Eka Sastra Wiguna NIM. 0413031009/2004

Ni Putu Juni Artini NIM. 0613031006/2006

I Kadek Agus Tarsana NIM. 0613031035/2006

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

Singaraja

2010



TARGET LUARAN

Rumusan masalah yang diajukan berdasarkan latar belakang:

1. Apakah Membran dari Nata De Coco-Etilendiamin dapat digunakan untuk menyerap zat warna tekstil Diazo Remazol Red, Blue, Yellow, Green?

2. Berapa kapasitas maksimum (%) zat warna tekstil Diazo Remazol Red, Blue, Yellow, Green yang dapat diserap oleh membran Nata De Coco- Etilendiamin?

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah Membran dari Nata De Coco-Etilendiamin dapat digunakan untuk menyerap zat warna tekstil Diazo Remazol Red, Blue, Yellow, Green.

2. Untuk mengetahui kapasitas maksimum (%) zat warna tekstil Diazo Remazol Red, Blue, Yellow, Green yang dapat diserap oleh membran Nata De Coco- Etilendiamin

Selain rumusan masalah diatas, luaran yang juga diharapkan dalam penelitian ini adalah pengembangan pengetahuan dalam bentuk publikasi tentang cara pembuatan membran dari nata de coco-etilendiamin serta aplikasinya dalam menyerap konsentrasi zat warna tekstil diazo Remazol Red, Blue, Yellow, Green, serta adanya paten yang bermanfaat melindungi hak cipta/karya.

METODE

Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen one shot case study yang dilakukan di laboratorium. Dimana tujuan penelitian ini adalah mendapatkan data tentang kemampuan membran nata de coco-etilendiamin dalam menyerap konsentrasi zat warna tekstil diazo Remazol Red, Blue, Yellow, Green.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Ganesha di Singaraja, dengan waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai April 2010

Instrumen Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: blender, nampan plastik, hot plate, mikrometer, neraca analitik, stirrer magnetik, stopwatch, pH meter, penyaring Whatmann, vacum water pipe, press kaca, spektrofotometer UV-VIS merk Shimadzu tipe 1600, serta beberapa peralatan gelas.

Bahan yang digunakaan meliputi: air kelapa, gula pasir, Acetobacter xylinum, amonium sulfat, asam asetat glasial, natrium hidroksida, etilendiamin monohidrat, etanol absolut dan aquades.

Preparasi Membran Nata de Coco-Etilendiamin

Sebanyak 25 gram nata basah di degradasi secara mekanik menggunakan blender kemudian diaktivasi menggunakan asam sulfat pada konsentrasi 2 M dan waktu 30 menit. Nata yang telah di aktivasi dengan asam sulfat, direaksikan dengan etilendiamin, dalam kondisi sistem reaksi yang distirrer. Konsentrasi etilendiamin pada 1.6 M dan waktu reaksi dijaga konstan selama 20 menit. Selanjutnya, membran dicetak menggunakan corong Buchner dan dikeringkan pada suhu 50-60 OC.

Penentuan Kapasitas Daya Serap Membran Terhadap Zat Warna Diazo Remazol Remazol Red, Blue, Yellow, Green

Penentuan kapasitas daya serap membran dilakukan dengan mengurangkan konsentrasi zat warna diazo remazol Remazol Red, Blue, Yellow, Green awal (sebelum penyaringan) dengan konsentrasi zat warna diazo remazol Remazol Red, Blue, Yellow, Green setelah disaring menggunakan membran nata de coco-etilendiamin

KETERCAPAIAN TARGET LUARAN

Membran Nata de Coco-Etilendiamin

Membran nata yang dihasilkan tipis berwarna putih seperti keras dan agak kaku, seperti terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Membran Nata de Coco Etilen Diamin


Daya Serap Membran Terhadap Zat Warna Diazo Remazol Red, Blue, Yellow, Green

Penentuan kapasitas daya serap membran dilakukan dengan mengurangkan konsentrasi zat warna diazo remazol Red, Blue, Yellow, Green awal (X’) (sebelum penyerapan) dengan konsentrasi zat warna diazo remazol Red, Blue, Yellow, Green akhir (X) (setelah diserap) menggunakan membran nata de coco-etilendiamin. Pertama dilakukan penentuan persamaan kurva kalibrasi, kemudian dari persamaan kurva dicari konsantrasi zat warna yang tersisa dalam larutan setelah diserap oleh membran nata.

Tabel 1. Absorbansi Zat Warna Remazol Red, Blue, Yellow, Green Sebelum dan sesudah Diserap Menggunakan Membran Nata de Coco-Etilendiamin

Jenis zat Warna Remazol

λ maks (nm)

Konsentrasi (ppm)

Absorbansi sebelum

Absorbansi sesudah

Red

520.0

20

0,433

0,097

40

0,878

0,252

60

1,311

0,568

Green

520.0

20

0,033

0,009

40

0,075

0,024

60

0,101

0,045

Blue

594.0

20

0,175

0,049

40

0,336

0,132

60

0,492

0,170

Yellow

416.0

20

0,513

0,325

40

0,989

0,683

60

1,533

0,991


Gambar 1. Kurva Kalibrasi Konsentrasi Zat Warna awal (sebelum diserap) Terhadap Absorbansi yang dihasilkan

Berdasarkan persamaan masing-masing kurva diatas, maka dapat dihitung harga konsentrasi zat warna yang tersisa (akhir) (X) yaitu sebanyak x dari 20 ppm, x dari 40 ppm, x dari 60 ppm. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan program Exel maka diperoleh data seperti pada Table 2 berikut.

Tabel 2. Penentuan Konsentrasi Zat Warna Yang Tersisa dengan Menggunakan Persamaan Dari Kurva Kalibrasi

Jenis zat Warna Remazol

λ maks (nm)

Konsentrasi awal (X’) (ppm)

Absorbansi sesudah (Y)

Konsentrasi sisa (X) (ppm)

Red

520.0

20

0,097

4,6

40

0,252

12

60

0,568

27

Green

520.0

20

0,009

9

40

0,024

24

60

0,045

45

Blue

594.0

20

0,049

6,1

40

0,132

16,5

60

0,170

21,3

Yellow

416.0

20

0,325

13

40

0,683

27,3

60

0,991

39,6

Tabel 3. Penentuan Konsentrasi Zat Warna Yang diserap Membran Nata dengan Menggunakan Persamaan Dari Kurva Kalibrasi

Jenis zat Warna Remazol

λ maks (nm)

Konsentrasi awal (X’) (ppm)

Konsentrasi sisa (X) (ppm)

Konsentrasi terserap

(X’ – X) (ppm)

Persentase zat warna terserap (%)

Persentase Penyerapan maksimum

(%)

Red

520.0

20

4,6

15,4

77

73,5

40

12

28

70

60

27

33

55

Green

520.0

20

9

11

55

47,5

40

24

16

40

60

45

15

25

Blue

594.0

20

6.1

13,9

69,5

67

40

16,5

23,5

58,75

60

21,3

38,7

64,5

Yellow

416.0

20

13

7

35

34.5

40

27,3

12,7

31,75

60

39,6

20,4

34

Berdasarkan data Tabel 3. diperoleh hasil konsentrasi serta persentase (%) zat warna yang diserap oleh membran nata. Secara keseluruhan zat warna tekstil dapat diserap oleh membran nata. Hal ini berdasarkan absorbansi dan konsentrasi zat warna yang terserap, dimana pada larutan akhir (setelah diserap membran nata) semua absorbansi larutan zat warna yang tersisa mengalami penurunan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan konsentrasi zat warna yang tersisa, dimana konsentrasi larutan zat warna mengalami penurunan awal (X’) (sebelum diserap) hingga akhir (X) (setelah diserap). Dengan mengurangkan konsentrasi awal (X’) dengan konsentrasi akhir/sisa (X), maka diperolehlah data konsentrasi larutan zat warna yang terserap oleh membran Pada tabel 3. Ditunjukkan dengan kolom (X’ – X), disajikan pula persentase konsentrasi zat warna yang terserap oleh membrane. Jadi berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa membrane nata de Coco-Etilendiamin dapat digunakan secara efektif untuk menyerap zat warna tekstil diazo remazol Red, Blue, Yellow, Green. Besarnya persentase penyerapan maksimum membrane nata de Coco-Etilendiamin terhadap zat warna warna tekstil diazo remazol Red adalah 73,5%, remazol Blue 67%, remazol Yellow 34,5%,dan remazol Green adalah 47,5%.

Kamis, 03 Juni 2010

RPP KIMIA

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


I. Identitas Pelajaran

a. Satuan Pendidikan : SMA

b. Mata Pelajaran : Kimia

c. Kelas/Semester : XI/I

d. Alokasi Waktu : 1 x 45 menit

II. Standar Kompetensi

memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur molekul dan sifat-sifat senyawa.

Kompetensi dasar

menjelaskan teori atom Bohr dan mekanika kuantum untuk menuliskan konfigurasi elektron dan diagram orbital serta menentukan letak unsur dalam tabel periodik.

III. Indikator

menuliskan konfigurasi elektron dan diagram orbital

IV. Uraian Materi

a. Materi prasyarat

- Bilangan kuantum

- Bentuk dan orientasi orbital

b. Uraian materi

Konfigurasi elektron

Konfigurasi elektron menggambarkan distribusi elektron orbital-orbital atom. Konfigurasi elektron adalah susunan atau cara tersusunnya elektron dalam atom. Untuk menentukan cara tersusunnya elektron di dalam atom perlu diikuti beberapa aturan antara lain:

1. Prinsip Aufbau

Prinsip Aufbau menyatakan bahwa sebaran elektron dalam atom mempunyai urutan tertentu sesuai dengan energi orbitalnya. Orbital dengan energi terendah terisi elektron lebih dahulu. Jika orbital itu sudah penuh maka giliran pada orbital dengan tingkat energi berikutnya. Tingkat energi orbital dapat dinyatakan dengan diagram pada gambar 1. Dari diagram ini terlihat bahwa orbital 3d mempunyai energi lebih tinggi daripada 4s, karena itu orbital 3d hanya dapat terisi elektron jika orbital 4s telah terlebih dahulu terisi elektron penuh.

1s

2s 2p

3s 3p 3d

4s 4p 4d 4f

5s 5p 5d 5f 5g

6s 6p 6d 6f 6g 6h

7s 7p 7d 7f 7g

Gambar 1. Urutan tingkat energi menurut prinsip Aufbau

2. Larangan Pauli

Menurut Pauli, dalam sebuah atom tidak mungkin terdapat dua elektron atau lebih yang mempunyai keempat bilangan kuantum yang sama. Hal ini juga berarti bahwa dalam sebuah orbital hanya dapat memuat dua elektron dengan spin yang berlawanan. Sebab sebuah orbital telah mempunyai tiga bilangan kuantum yang sama, yaitu n, l, dan m, sehingga bilangan kuantum keempat yaitu s harus berlainan. Dalam bentuk diagram, elektron dapat digambarkan dengan sebuah panah. Sepasang elektron, yaitu dua elektron dengan dua panah yang berlawanan arah.




3. Aturan Hund

Menurut Hund, pada orbital setingkat, yaitu orbital dengan dua bilangan kuantum yang sama, hanya dapat terisi pasangan elektron jika tiap orbital sekurang-kurangnya telah berisi sebuah elektron. Subkulit p mempunyai tiga orbital setingkat yaitu px, py, dan pz. Orbital px dapat berisi sepasang elektron apabila py, dan pz sekurang-kurangnya telah terisi satu elektron.

Pada orbital d, konfigurasi penuh d10 lebih stabil daripada konfigurasi d4. Hal itu memungkinkan perubahan dari konfigurasi d9s2 menjadi d10s1 dan dari d4s2 menjadi d5s1.

Beberapa catatan tentang konfigurasi elektron

1. Dua cara menuliskan urutan subkulit.

Ada dua cara menuliskan konfigurasi elektron skandium (Z = 21), yaitu:

a. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d1, atau

b. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p63d14s2

Pada dasarnya kedua cara tersebut sama dan sesuai dengan prinsip Aufbau. Menurut cara (a), subkulit-subkulit ditulis sesuai dengan urutan tingkat energinya. Pada cara (b) subkulit-subkulit dari kulit yang sama dikumpulkan, kemudian diikuti subkulit dari kulit berikutnya.

Sc (Z = 21) : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p63d1 4s2

K L M N

2 8 9 2

2. Menyingkat penulisan konfigurasi elektron dengan menggunakan konfigurasi elektron gas mulia.

Konfigurasi elektron Ne (Z = 10) : 1s2 2s2 2p6

Na (Z = 11) : 1s2 2s2 2p6 3s1

Konfigurasi elektron Na sama dengan konfigurasi elektron Ne ditambah dengan 3s1. Oleh karena itu, konfigurasi elektron Na dapat ditulis sebagai berikut:

Na (Z = 11) : [Ne] 3s1

3. Kestabilan subkulit d yang terisi penuh atau setengah penuh.

Terdapat beberapa penyimpangan pengisian elektron berdasarkan prinsip Aufbau dengan yang ditemukan berdasarkan percobaan. Contohnya ialah konfigurasi elektron kromium (Z = 24). Konfigurasi elektron Cr berdasarkan prinsip Aufbau adalah sebagai berikut:

Cr (Z = 24) : [Ar] 3d4 4s2

Konfigurasi Cr berdasarkan percobaan adalah sebagai berikut:

Cr (Z = 24) : [Ar] 3d5 4s1

Konfigurasi elektron dengan dua subkulit terakhir d4 s2, cenderung berubah menjadi d5 s1, hal ini karena subkulit d yang terisi penuh (d10) atau setengah penuh (d5) lebih stabil.

Konfigurasi elektron ion

Ion tunggal yang bermuatan +x terbentuk dari atom netralnya dengan melepas x elektron. Elektron yang dilepas itu adalah elektron dari kulit terluar. Sebagai contoh: Al dengan nomor atom 13 memiliki konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p1. Al3+ memiliki konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6. Ion tunggal bermuatan –x terbentuk dari atom netralnya dengan menyerap x elektron. Elektron yang diserap itu mengisi orbital dengan tingkat energi terendah yang belum penuh. Sebagai contoh: Cl dengan nomor atom 17 memiliki konfigurasi elektron [Ne] 3s2 3p5. Cl- memiliki konfigurasi elektron [Ne] 3s2 3p6 (jumlah elektron = 18).

V. Alat dan Bahan (Media)

· LKS

· Buku sumber belajar

· SPU (Sistem Periodik Unsur)

· Gambar diagram tingkat energi orbital

VI. Metode Pembelajaran

Metode : pemberian informasi, pemecahan masalah dan diskusi.

Teknik : diskusi kelompok dan diskusi kelas

VII. Kegiatan Belajar Mengajar

v Kegiatan Awal (5 menit)

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

- Guru mengucapkan salam kepada siswa.

- Guru mengabsensi siswa.

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang diharapkan akan tercapai setelah KBM berlangsung.

- Guru mengali pengetahuan siswa dengan bertanya apa manfaat belajar tentang konfigurasi elektron?

- Guru memotivasi siswa dengan reinsformen positif berupa pujian, tambahan nilai bagi siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar.

- Siswa membalas salam guru.

- Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapainya selama KBM.

- Siswa menjawab pertanyaan guru.

v Kegiatan Inti (25 menit)

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Pemberian informasi

- Guru memberikan informasi tentang konfigurasi elektron yakni tentang aturan-aturan penulisan konfigurasi elektron, beberapa catatan tentang konfigurasi elektron, dan tentang konfigurasi elektron ion.

- Guru meminta siswa untuk duduk berkelompok dengan anggota kelompok 5 orang.

Pemberian masalah

- Guru memberikan beberapa masalah kepada siswa yang terlampir dalam LKS 1.

Pemecahan masalah melalui diskusi kelompok

- Guru meminta siswa secara berkelompok untuk memecahkan masalah yang ada dalam LKS 1.

Melakukan diskusi kelas

- Guru menunjuk salah satu wakil tiap-tiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya secara bergilir.

- Guru meminta kelompok lain memberikan tanggapan.

- Guru meluruskan jalannya diskusi.

- Siswa mendengar informasi yang guru sampaikan tentang aturan-aturan penulisan konfigurasi elektron, beberapa catatan tentang konfigurasi elektron, dan tentang konfigurasi elektron ion.

- Siswa duduk sesuai dengan kelompoknya.

- Siswa secara berkelompok memecahkan masalah yang ada pada LKS 1.

- Salah satu wakil tiap-tiap kelompok yang ditunjuk maju menyampaikan hasil diskusinya.

- Kelompok lain memberi tanggapan.

v Kegiatan Akhir (15 menit)

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

- Guru mengajak siswa bersama-sama membuat kesimpulan hasil diskusi.

- Guru mengakhiri dengan memberikan post test yang terlampir dalam soal post test.

- Siswa ikut berpartisipasi membuat kesimpulan.

- Siswa mengerjakan post test yang diberikan oleh guru.

VIII. Assemen dan Evaluasi

Penilaian aktivitas belajar dalam kegiatan diskusi (Rubrik penilaian terlampir).

· Penilaian terhadap tingkat partipasi siswa dalam melakukan diskusi

· Penilaian akan sikap dalam menghargai orang lain

· Penilaian sikap sains

Skor yang diperoleh dari nilai post test.

IX. Sumber Belajar

Agus, Akhril. 1984. Mengerti Kimia 2a halaman 45-52. Bandung: IKIP Bandung

Purba, Michael. 2002. Kimia Untuk SMA Kelas XI halaman 18-25. Jakarta: Erlangga

Subagia, I Wayan. 2005. Buku Penuntun Belajar Kimia Dasar 1 halaman 19-22. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja

LKS 1

1. Susunlah subkulit-subkulit berikut berdasarkan tingkat energinya, dimulai dari subkulit dengan tingkat energi terendah: 3p, 3d, dan 4s.

2. Jelaskan mengapa konfigurasi elektron di bawah ini salah dan bagaimana seharusnya?

s p




3. Dengan memperlihatkan aturan Aufbau dan aturan Hund. Gambarlah diagram orbital untuk unsur :

a. N (Z = 7)

b. Mn (Z = 25)

4. Dengan menggunakan konfigurasi gas mulia, tuliskan konfigurasi elektron singkat unsur-unsur dengan nomor atom 12 sampai dengan 15!

5. Dengan memperhatikan kestabilan konfigurasi penuh dan setengah penuh, tulislah konfigurasi elektron dari unsur Mo (Z = 42) dan Ag (Z = 47)!

6. Tuliskan konfigurasi elektron ion-ion berikut:

a. Al3+ (Z = 13) c. P3- (Z = 15)

b. Cr3+ (Z = 24) d. S- (Z = 16)

SOAL POST TEST

Nama :

No. Absen :

Kelas/Semester :

Tanda Tangan :

1. Beri penjelasan singkat tentang makna dari :

a. prinsip Aufbau (Skor 10)

b. larangan Pauli (Skor 10)

c. aturan Hund (Skor 10)

2. Tulislah konfigurasi elektron, konfigurasi elektron singkat (menggunakan konfigurasi elektron gas mulia) dan diagram orbital dari unsur P (Z = 15) dan Mn (Z = 25)! (Skor 60)

3. Tuliskan konfigurasi elektron dari ion Co3+ (Z = 27) dan S2- (Z = 16)! (Skor 10)

JAWABAN LKS 1

1. Tingkat energi subkulit bergantung pada nilai n + l.

Orbital

n

l

n + l

3p

3d

4s

3

3

4

1

2

0

4

5

4

Subkulit 3p dan 4s mempunyai nilai n + l yang sama. Dalam hal ini seperti ini, subkulit dengan nilai n lebih besar mempunyai tingkat energi lebih tinggi.

Jadi, urutan tingkat energi dari 3 subkulit tersebut adalah: 3p, 4s, 3d.

2. Konfigurasi elektron tersebut salah karena sepasang elektron yang digambarkan pada orbital s dan orbital px dengan dua panah yang arahnya sama, yang berarti spin dari dua elektron yang ada dalam orbital tersebut sama. Sehingga keempat bilangan kuantum dari kedua elektron yang ada pada orbital tersebut sama. Penggambaran orbital seperti ini dilarang oleh Pauli yang mana dalam sebuah atom tidak mungkin terdapat dua elektron atau lebih yang mempunyai keempat bilangan kuantum yang sama. Sehingga penggambaran orbital yang benar adalah sebagai berikut:

s p




3. 1s 2s 2p

N:

1s 2s 2p 3s 3p

Mn:

4s 3d

4. 12X : [Ne] 3s2

13X : [Ne] 3s2 3p1

14X : [Ne] 3s2 3p2

15X : [Ne] 3s2 3p3

5. 42Mo : [Kr] 4d5 5s1

47Ag : [Kr] 4d10 5s1

6. Al3+ :1s2 2s2 2p6

Cr3+ : [Ar] 3d3

P3- : [Ne] 3s2 3p6

S- : [Ne] 3s2 3p5

JAWABAN SOAL POST TEST

1. a. Prinsip Aufbau menyatakan bahwa sebaran elektron dalam atom mempunyai urutan tertentu sesuai dengan energi orbitalnya. Orbital dengan energi terendah terisi elektron lebih dahulu. Jika orbital itu sudah penuh maka giliran pada orbital dengan tingkat energi berikutnya. (Skor 10)

b. Menurut Pauli, dalam sebuah atom tidak mungkin terdapat dua elektron atau lebih yang mempunyai keempat bilangan kuantum yang sama. Hal ini juga berarti bahwa dalam sebuah orbital hanya dapat memuat dua elektron dengan spin yang berlawanan. (Skor 10)

c. Menurut Hund, pada orbital setingkat, yaitu orbital dengan dua bilangan kuantum yang sama, hanya dapat terisi pasangan elektron jika tiap orbital sekurang-kurangnya telah berisi sebuah elektron. (Skor 10)

2. Konfigurasi elektron (Skor 20)

15P : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p3

25Mn : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p63d5 4s2

Konfigurasi elektron singkat (Skor 20)

15P : [Ne] 3s2 3p3

25Mn : [Ar] 3d5 4s2

Diagram orbital (Skor 20)

15P 1s2 2s2 2p6 3s2 3p3

25Mn 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6

4s2 3d5

3. Co3+ : [Ar] 3d5 4s1 (Skor 5)

S2- : [Ne] 3s2 3p2 (Skor 5)